Kapsul

1. Pengertian Kapsul
    Menurut Dirjen POM (1979), kapsul adalah sediaan obat terbungkus cangkang kapsul, keras atau lunak. Sedangkan menurut Ansel (2005), kapsul dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan padat, dimana satu macam obat atau lebih dan/ atau bahan inert lainnya yang dimasukkan ke dalam cangkang atau wadah kecil yang dapat larut dalam air.
2. Macam-macam Kapsul
Macam-macam kapsul menurut Anief (1986), yaitu:
1. Kapsul gelatin keras
Kapsul gelatin keras merupakan kapsul yang mengandung gelatin, gula, dan air. Kapsul dengan tutup diberi warna-warna. Diberi tambahan warna adalah untuk dapat menarik dan dibedakan warnanya. Menurut besarnya, kapsul diberi nomor urut dari besar ke kecil sebagai berikut: No. 000; 00; 0; 1; 2; 3. Kapsul harus disimpan dalam wadah gelas yang tertutup kedap, terlindung dari debu, kelembaban dan temperatur yang ekstrim (panas).
2. Kapsul cangkang lunak
Kapsul lunak merupakan kapsul yang tertutup dan diberi warna macam-macam. Perbedaan komposisi kapsul gelatin lunak dengan kapsul gelatin keras yaitu gula diganti dengan plasticizer yang membuat lunak, 5% gula dapat ditambahkan agar kapsul dapat dikunyah. Sebagai plasticizerdigunakan gliserin dan sorbitol atau campuran kedua tersebut, atau polihidris alkohol lain.
3. Kapsul cangkang keras
Kapsul cangkang keras biasanya diisi dengan serbuk, butiran, atau granul. Bahan semi padat atau cairan dapat juga diisikan ke dalam kapsul cangkang keras, tetapi jika cairan dimasukkan dalam kapsul, salah satu teknik penutupan harus digunakan untuk mencegah terjadinya kebocoran. Kapsul cangkang keras dapat diisi dengan tangan. Cara ini memberikan kebebasan bagi penulis resep untuk memilih obat tunggal atau campuran dengan dosis tepat yang paling baik bagi pasien. Fleksibelitas ini merupakan kelebihan kapsul cangkang keras dibandingkan bentuk sediaan tablet atau kapsul cangkang lunak.
3. Cara pembuatan kapsul
Cara pembuatan kapsul menurut Syamsuni (2006), yaitu:
1.Tangan
Cara ini merupakan cara yang paling sederhana karena menggunakan tangan tanpa bantuan alat lain. Cara ini sering dikerjakan di apotek untuk melayani resep dokter, dan sebaiknya menggunakan sarung tangan untuk mencegah alergi yang mungkin timbul. Untuk memasukkan obat kedalam kapsul dapat dilakukan dengan membagi serbuk sesuai jumlah kapsul yang diminta. Selanjutnya, tiap bagian serbuk tadi dimasukkan kedalam badan kapsul lalu ditutup.
2. Alat bukan mesin
Alat yang dimaksud ini adalah alat yang menggunakan tangan manusia. Dengan alat ini, akan didapatkan kapsul lebih seragam dan pengerjaan yang dapat lebih cepat karena dapat dihasilkan berpuluh-puluh kapsul. Alat ini terdiri atas dua bagian, yaitu bagian yang tetap dan yang bergerak.
Cara pengisiannya yaitu :
1. Buka bagian-bagian kapsul
2. Badan kapsul dimasukkan ke dalam lubang pada bagian obat yang tidak bergerak/ tetap.
3. Taburkan serbuk yang akan dimaksudkan kedalam kapsul.
4. Ratakan dengan bantuan alat kertas film.
5. Tutup kapsul dengan cara merapatkan atau menggerakkan bagian alat yang bergerak.
3. Alat mesin
Untuk memproduksi kapsul secara besar-besaran dan menjaga keseragaman kapsul, perlu digunakan alat otomatis mulai dari membuka, mengisi sampai menutup kapsul.
4. Cangkang kapsul
Ukuran cangkang kapsul keras bervariasi dari nomor paling kecil (5) sampai nomor paling besar (000), kecuali ukuran cangkang untuk hewan. Umumnya ukuran (00) adalah ukuran terbesar yang dapat diberikan kepada pasien ( Dirjen POM, 1995).
5. Cara penyimpanan kapsul
Gelatin bersifat stabil di udara bila dalam keadaan kering, akan tetapi mudah mengalami peruraian oleh mikroba bila menjadi lembab atau bila disimpan dalam larutan berair. Oleh karena itu kapsul gelatin yang lunak pada pembuatannya ditambahkan bahan pengawet untuk mencegah timbulnya jamur dalam cangkang kapsul. Bila mana di simpan dalam lingkungan dengan kelembaban yang tinggi, penambahan uap air akan di absorpsi (diserap) oleh cangkang kapsul dan kapsul tersebut akan mengalami kerusakan dari bentuk dan kekerasannya (Ansel, 1989).
Cangkang kapsul kelihatannya keras, tetapi sebenarnya masih mengandung air dengan kadar 10-15% menurut Farmakope Indonesia edisi IV dan 12-16% menurut literatur dari Syamsuni 2006. Jika disimpan di tempat yang lembab, kapsul akan menjadi lunak dan melengket satu sama lain serta sukar dibuka karena kapsul itu dapat menyerap air dari udara yang lembab. Sebaliknya, jika disimpan di tempat yang terlalu kering, kapsul itu akan kehilangan airnya sehingga menjadi rapuh dan mudah pecah (Syamsuni, 2006).
     Oleh karena itu, menurut Syamsuni (2006), penyimpanan kapsul sebaiknya dalam tempat atau ruangan yang:
1. Tidak terlalu lembab atau dingin dan kering.
2. Terbuat dari botol-gelas, tertutup rapat, dan diberi bahan pengering (silika gel).
3. Terbuat dari aluminium-foil dalam blister atau str.
6. Keuntungan dan kerugian kapsul
Keuntungan kapsul menurut Syamsuni (2006), yaitu:
1. Bentuknya menarik dan praktis.
2. Cangkang kapsul tidak berasa sehingga dapat menutupi obat yang berasa dan berbau tidak enak.
3. Mudah ditelan dan cepat hancur atau larut dalam lambung sehingga obat cepat diabsorpsi.
4. Dokter dapat mengkombinasikan beberapa macam obat dan dosis yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan pasien.
5. Kapsul dapat diisi dengan cepat karena tidak memerlukan bahan zat tambahan atau penolong seperti pada pembuatan pil maupun tablet.
Kerugian kapsul menurut Syamsuni (2006), yaitu:
1.Tidak dapat untuk zat-zat yang mudah menguap karena pori-pori kapsul tidak dapat menahan penguapan.
2.Tidak dapat untuk zat-zat yang higroskopis (menyerap lembab).
3.Tidak dapat untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan cangkang kapsul.
4.Tidak dapat diberikan untuk balita.
5.Tidak dapat dibagi-bagi.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. 1986. Ilmu Farmasi. Ghalia Indonesia; Jakarta
Ansel, H.C. 1989. Penghantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. UI Press; Jakarta.
Ansel, H.C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV. UI Press; Jakarta.
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI; Jakarta.
Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi ke-IV. Departemen Kesehatan RI; Jakarta
Syamsuni, H.A. 2006. Ilmu Resep. EGC; Jakarta.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Suppositoria

Ampul dan Vial

Tetes Mata