Infus
1.Pengertian infus
Menurut Dirjen POM (1979) RPS (1990), Scoville’s (1957) infuse adalah sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah yang disuntikkan langsung kedalam vena dalam volume relatif banyak yang dikemas dalam wadah kapasitas 100-1000 ml yang digunakan untuk memperbaiki gangguan elektrolit cairan tubuh yang serius yang menyediakan nutrisi dasar dan digunakan sebagai pembawa untuk bahan-bahan obat
2.Syarat-syarat parenteral volume besar menurut Dirjen POM (1979, RPS (1990) yaitu :
a.Steril
b.Bebas Pirogen
c.Bebas dari bahan pertikulat jernih, karena dapat menyebabkan emboli.
d.Dikemas dalam wadah dosis tunggal
e.Tidak mengadung bahan baktersid karena volume cairan terlalu besar.
f.Isotonis dan isohidris
3.Definisi Pirogen menurut Ansel(1989), RPS (1990), Scoville’s (1957) yaitu :
Pirogen (bakteri endotoksin) adalah produk metabolit dari pertumbuhan mikroorganisme yang larut air, bahan panas, yang menimbulkan demam ketika diinjeksikan secara i.v pirogen tidak dapat dihancurkan melalui sterilisasi uap dan filtrasi.
4.Macam-macam pirogen
Pirogen dibagi kedalam dua kelas. Pirogen eksogen yaitu terdapat di luar tubuh dan menginduksi kenaikan suhu ketika diinjeksikan pada manusia dan hewan. Kelompok umum dari pirogen eksogen yaitu yaitu mikroba, mikrofungi dan virus, juga pirogen non mikrobial seperti beberapa obat,steroid, fraksi plasma dan bahan tambahan suntik muramil dipeptida. Pirogen endogen dihasilkan secara internal adalah sel inang pada respon stimulus dari berbagai pirogen eksogen. Inilah mediator utama dari demam dan didiskusikan pada bagian ini.
5.Sumber-sumber pirogen menurut RPS (1990), Scoville’s (1957) yaitu :
1.Air desyilat yang telah terkontaminasi oleh bakteri yang tahan udara, yang tumbuh dan menghasilkan endotoksin.
2.Zat terlarut seperti NaCl dan dekstrosa jga dapat mengadung pirogen
3.Peralatan yang digunkan sering menjadi media kultur bakteri dengan kontaminasi pirogenik.
4.Kontaminasi dapat berasal daeri mikroorganisme di udara atau dari debu.
6.Cara mencegah pirogen menurut Scoville’s (1957) yaitu :
- Cara yang dapat diambil untuk mencegah pemasukan dan peningkatan pirogen dalam cairan parenteral adalah dengan tepat merancancang dan pengopersaian penyulingan.
- Air destilasi harus terlindung selama pengumpulan dan harus digunakan segera mungkin setelah destilasi untuk mencegah perkembangbiakan bakteri yang mungkin ada,
7. Cara menghilangkan pirogen menurut RPS 18th (1990) yaitu :
- Inaktifasi endotoksin
a.Hidrolisis asam basa
b.Oksidasi
c.Alkilasi
d.Pemanasan kering pada suhu tinggi (250 selama 30-45 menit atau 170-180oC, selama 3-4 jam)
e.Pemanasan basah
f Radiasi ionisasi
g.Polymixin B dan limulus amebasit lysat
- Penghilangan endotoksin
a.Membilas dengan API steril
b.Destilasi
c.Ultrafiltrasi
d.Osmosa balik
e.Karbon aktif
f.Daya tarik elektrostatik
g.Daya tarik hidrofobik
8.Uji pirogen (FI IV 908-909)
Uji pirogen dimaksudkan untuk membatasi resiko reaksi demam pada tingkat yang dapat diterima oleh pasien pada pemberian sediaan injeksi. Pengujian meliputi pengukuran kenaikan suhu kelinci setelah penyuntikan larutan uji secara i.v dan ditujukan untuk sediaan yang perlu penyiapan pendahuluan atau cara pemberiannya perlu kondisi khusus ikuti petunjuk tambahan yang tertera pada masing-masing monografi.
Alat dan pengencer. Alat suntik, jarum dan alat kaca dibebas pirogenkan dengan pemanasan pada suhu 250o C selama tidak kurang dari 30 menit atau dengan cara lain sesuai dengan perlakuan semua pengencer dan larutan untuk pencuci dan pembilas alat suntik dengan cara sedemikian rupa yang dapat menjamin alat tersebut steril dan bebas pirogen. Lakukan uji pirogen terhadap pengencer dan larutan pencuci dan pembilas secara berkala. Apabila digunakan injeksi NaCl sebagai pengencer, gunakan injeksi yang mengandung larutan NaCl PO 9 %.
Rekaman suhu. Gunakan alat pengukur suhu yang teliti seperti termometer klinik atau termistor atau alat sejenis yang telah dikalibrasi untuk menjamin ketelitian skala kurang lebih 0,1 yang telah diuji bahwa pembacaan suhu maximum tercapai <5 menit masukkan alat pengukur suhu kedalam anus kelinci dengan kedalam tidak < 7,5 cm dan sesudah jangka waktu tudak kurang dari yang telah ditetapkan sebelumnya, tekan suhu tubuh kelinci.
Hewan uji. Gunakan kelinci dewasa yang sehat. Tempatkan kelinci satu ekor dalam satu kandang dalam ruang dengan suhu yang seragam antara 20-23o dan bebas dari gangguan yang menimbulkan kegelisahan. Beda suhu tidak boleh berbeda kurang lebih 3o dari suhu yang telah ditetapkan. Untuk kelinci yang belum pernah digunakan untuk uji pirogen, adaptasikan kelinci tidak boleh lebih dari tujuh hari dengan uji pendahuluan yang meliputi semua tahap pengujian yang tertera pada prosedur, kecuali penyuntikan, kelinci tidak boleh digunakan untuk uji pirogen lebih dari sekali dalam waktu 48 jam atau sebelum 2 minggu setelah digunakan untuk uji pirogen bila menunjukkan kenaikan suhu maksimal 0,6o atau lebih.
Prosedur. Lakukan pengujian dalam ruang terpisah yang khusus untuk uji pirogen dan denagn kondisi lingkungan yang sama dengan ruang pemeliharaan, bebas dari keributan yang menyebabkankegelisahan. Kelinci tidak diberi makan selama waktu pengujian. Minum dibolehkan pada tiap saat, tetapi dibatasi pada saat pengujian. Apabila pengujian menggunakan termistor, masukkan kelinci kedalam kotak penyekap sedemikian rupa sehingga kelinci tertahan dengan letak leher yang longgar sehingga dapat duduk dengan bebas. Tidak lebih dari 30 menit sebelum penyuntikan larutan uji, tentukan “suhu awal” masing-masing kelinci yang merupakan dasar untuk menentukan kenaikan suhu. Beda suhu tiap kelinci dalam satu kelompok tidak boleh lebih 1o dan suhu awal setiap kelinci tidak boleh lebih dari 39,8o
Kecuali dinyatakan lain pada masing-masing monografi, suntikkan 10 ml/kg bb, melalui vena tepi telinga 3 ekor kelinci dan penyuntikan dilakukan waktu 10 menit. Larutan uji berupa sediaan yang bila perlu yang dikonstitusi seperti yang tertera pada masing-masing monografi dan disuntikkan dengan dosis seperti yang tertera. Untuk uji pirogen alat atau perangkat injeksi, gunakan sebagai larutan uji hasil cucian atau bilsan dari permukaan alat yang berhubungan langsung dengan sediaan parenteral, tempat penyuntikan atau jaringan tubuh pasien. Semua larutan harus bebas dari kontaminasi. Hangatkan larutan pada suhu 37o + 2o sebelum penyuntikan. Rekam suhu berturut-turut antara jam ke-1 dan jam ke-3setelah penyuntikan dengan selang waktu.
Penafsiran hasil. Setiap penurunan suhu dengan nol. Sediaan memenuhi syarat apabila tak seekor kelinci pun menunjukkan kenaikan suhu 0,5o atau lebih. Jika ada kelinci yang menunjukkan kenaikan suhu 0,5o atau lebih. Lanjutkan pengujian dengan menggunakan lima ekor kelinci. Jika tidak lebih dari tiga ekor dari 8 ekor kelinci masing-masing menunjukkan kenaikan suhu 0,50 atau lebih dan jumlah kenaikan suhu maksimal 8 ekor kelinci tidak lebih dari 3,3o sediaan dinyatakan memenuhi syarat bebas pirogen.
9.Cara pemberian infus menurut RPS (1990) yaitu :
a.Terapi berkelanjutan
Infus i.v metode umum dari pemberian obat adalah untuk menambahkan obat secara langsung pada wadah injeksi. Obat menjadi encer dalam cairan infus dan diteteskan secara perlahan kedalam vena.
b.Terapi berselang
Dalam terapi berselang obat diberikan pada internal waktu. Tiga kemungkinan pemberian terapi intermitten disarankan: (1) menggunakan botol mini dengan alat pemberian yang telah tergantung, (2) injeksi dari larutan secara perlahan dengan jarum dan spoit secara langsung kedalam vena adalah tempat injeksi dari suatu alat pemberian volume besar yang telah tergantung, atau (3) penambahan obat untuk suatu volume pnedeterminan dari cairan pada suatu alat volume kontrol.
c.Metode piggyback
Metode piggyback menunjukkan tetesan berselang i.v dari larutan kedua, campuran obat melalui tempat penusukan vena dari sistem intravena yang telah dibuat sebelumnya. Dengan cara ini obat akan masuk pada vena mulai dari bagian atas cairan intravena yang pertama. Teknik piggyback tidak hanya mengurangi keperluan untuk penusukan vena yang lain, tapi juga menghasilkan pengenceran obat dan konsentrasi puncak dari darah dalam waktu yang relatif singkat biasanya 30-60 menit. Pengenceran obat membantu mengurangi iritasi serum yang tinggi sebelumnya merupakan pertimbangan penting dalam infeksi serius yang memerlukan terapi obat yang tepat. Keuntungan ini telah mempopulerkan metode piggyback dari terapi i.v terutama untuk penggunan berselang antibiotik.
10.Pewadahan menurut RPS 18th (1990),Lachman (1994) yaitu :
Wadah untuk cairan harus dirancang untuk mempertahankan sterilitas larutan, kejernihan (bebas dari bahan partikulat) dan tidak mengandung pirogen dari waktu penyiapan, penyimpanan dan selama pemberian klinik. Penutup wadah harus dirancang untuk memudahkan pemasukan (inversi) dari alat pemberian dimana injeksi diberikannya, pada kecepatan aliran yang diatur, kedalam vena yang cocok. Cairan i.v dalam wadah gelas dan plastik, yang dibuat dari bahan plastikyang fleksibel atau semikaku, cairan i.v tersedia dalam ukuran 100 ml, 500 ml dan 250 ml. Dalam penambahan 250 ml untuk kapasitas wadah yang dikemas dalam 50 ml atau 100 ml D5/W dari injeksi NaCl untuk penggunaan piggyback. Cairan i.v dalam wadah gelas dikemas tanpa udara, dimana harus dikeluarkan untuk digunakan untuk cairan yang meninggalkan wadah gelas i.v dan mengalir lewat alat pemberian, beberapa mekanisme diperlukan untuk membiarkan udara yang masuk kedalam wadah. Sistem plastik tidak perlu fleksibel dari pemasukan udara. Tekanan atmosfir akan menekan wadah dalam cairan untuk mengalir. Semua wadah gelas dan plastik dosis tunggal seharusnya dibuang setelah dibuka jika tidak digunakan. Cairan i.v dikemas dengan kira-kira 3% kelebihan isi untuk menghilangkan udara dan alat pemberian dan memperbolehkan volume dilabeli untuk dikeluarkan pada wadah. Wadah diakhiri dengan kelebihan 20 ml pada skala yang memungkinkan volume dalam wadah untuk ditentukan dari atas atau posisi yang diinversi. Wadah gelas mempunyai pembuka atau tali plastik untuk pemberian i.v sementara wadah plastik mempunyai pembuka eyelet atau tali plastik.
DAFTAR PUSTAKA
Marcel Dekker, New York. Gennaro,A.R, et all, (1990), “Remingtons Pharmaceutical Science”, 18th Edition, Marck Publishing Company, Pensylvania.
Howard, Ansel, (1989), “Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi”, UI Press, Jakarta.
Jenkins, Glen, dkk, (1957), “Scoville’s The Art of Compounding”, MC Growhill, Book Company, New York.
Lachman, Leon, 1994, “Teori dan Praktek Farmasi Industri”, UI Press, Jakarta.
Lucas, stefanus, 2006, “Formulasi Steril”, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Parrot, Eugene C, (1980), “Pharmaceutical Technology”, Collage of Pharmacy University of Iowa, Iowa City.
Menurut Dirjen POM (1979) RPS (1990), Scoville’s (1957) infuse adalah sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah yang disuntikkan langsung kedalam vena dalam volume relatif banyak yang dikemas dalam wadah kapasitas 100-1000 ml yang digunakan untuk memperbaiki gangguan elektrolit cairan tubuh yang serius yang menyediakan nutrisi dasar dan digunakan sebagai pembawa untuk bahan-bahan obat
2.Syarat-syarat parenteral volume besar menurut Dirjen POM (1979, RPS (1990) yaitu :
a.Steril
b.Bebas Pirogen
c.Bebas dari bahan pertikulat jernih, karena dapat menyebabkan emboli.
d.Dikemas dalam wadah dosis tunggal
e.Tidak mengadung bahan baktersid karena volume cairan terlalu besar.
f.Isotonis dan isohidris
3.Definisi Pirogen menurut Ansel(1989), RPS (1990), Scoville’s (1957) yaitu :
Pirogen (bakteri endotoksin) adalah produk metabolit dari pertumbuhan mikroorganisme yang larut air, bahan panas, yang menimbulkan demam ketika diinjeksikan secara i.v pirogen tidak dapat dihancurkan melalui sterilisasi uap dan filtrasi.
4.Macam-macam pirogen
Pirogen dibagi kedalam dua kelas. Pirogen eksogen yaitu terdapat di luar tubuh dan menginduksi kenaikan suhu ketika diinjeksikan pada manusia dan hewan. Kelompok umum dari pirogen eksogen yaitu yaitu mikroba, mikrofungi dan virus, juga pirogen non mikrobial seperti beberapa obat,steroid, fraksi plasma dan bahan tambahan suntik muramil dipeptida. Pirogen endogen dihasilkan secara internal adalah sel inang pada respon stimulus dari berbagai pirogen eksogen. Inilah mediator utama dari demam dan didiskusikan pada bagian ini.
5.Sumber-sumber pirogen menurut RPS (1990), Scoville’s (1957) yaitu :
1.Air desyilat yang telah terkontaminasi oleh bakteri yang tahan udara, yang tumbuh dan menghasilkan endotoksin.
2.Zat terlarut seperti NaCl dan dekstrosa jga dapat mengadung pirogen
3.Peralatan yang digunkan sering menjadi media kultur bakteri dengan kontaminasi pirogenik.
4.Kontaminasi dapat berasal daeri mikroorganisme di udara atau dari debu.
6.Cara mencegah pirogen menurut Scoville’s (1957) yaitu :
- Cara yang dapat diambil untuk mencegah pemasukan dan peningkatan pirogen dalam cairan parenteral adalah dengan tepat merancancang dan pengopersaian penyulingan.
- Air destilasi harus terlindung selama pengumpulan dan harus digunakan segera mungkin setelah destilasi untuk mencegah perkembangbiakan bakteri yang mungkin ada,
7. Cara menghilangkan pirogen menurut RPS 18th (1990) yaitu :
- Inaktifasi endotoksin
a.Hidrolisis asam basa
b.Oksidasi
c.Alkilasi
d.Pemanasan kering pada suhu tinggi (250 selama 30-45 menit atau 170-180oC, selama 3-4 jam)
e.Pemanasan basah
f Radiasi ionisasi
g.Polymixin B dan limulus amebasit lysat
- Penghilangan endotoksin
a.Membilas dengan API steril
b.Destilasi
c.Ultrafiltrasi
d.Osmosa balik
e.Karbon aktif
f.Daya tarik elektrostatik
g.Daya tarik hidrofobik
8.Uji pirogen (FI IV 908-909)
Uji pirogen dimaksudkan untuk membatasi resiko reaksi demam pada tingkat yang dapat diterima oleh pasien pada pemberian sediaan injeksi. Pengujian meliputi pengukuran kenaikan suhu kelinci setelah penyuntikan larutan uji secara i.v dan ditujukan untuk sediaan yang perlu penyiapan pendahuluan atau cara pemberiannya perlu kondisi khusus ikuti petunjuk tambahan yang tertera pada masing-masing monografi.
Alat dan pengencer. Alat suntik, jarum dan alat kaca dibebas pirogenkan dengan pemanasan pada suhu 250o C selama tidak kurang dari 30 menit atau dengan cara lain sesuai dengan perlakuan semua pengencer dan larutan untuk pencuci dan pembilas alat suntik dengan cara sedemikian rupa yang dapat menjamin alat tersebut steril dan bebas pirogen. Lakukan uji pirogen terhadap pengencer dan larutan pencuci dan pembilas secara berkala. Apabila digunakan injeksi NaCl sebagai pengencer, gunakan injeksi yang mengandung larutan NaCl PO 9 %.
Rekaman suhu. Gunakan alat pengukur suhu yang teliti seperti termometer klinik atau termistor atau alat sejenis yang telah dikalibrasi untuk menjamin ketelitian skala kurang lebih 0,1 yang telah diuji bahwa pembacaan suhu maximum tercapai <5 menit masukkan alat pengukur suhu kedalam anus kelinci dengan kedalam tidak < 7,5 cm dan sesudah jangka waktu tudak kurang dari yang telah ditetapkan sebelumnya, tekan suhu tubuh kelinci.
Hewan uji. Gunakan kelinci dewasa yang sehat. Tempatkan kelinci satu ekor dalam satu kandang dalam ruang dengan suhu yang seragam antara 20-23o dan bebas dari gangguan yang menimbulkan kegelisahan. Beda suhu tidak boleh berbeda kurang lebih 3o dari suhu yang telah ditetapkan. Untuk kelinci yang belum pernah digunakan untuk uji pirogen, adaptasikan kelinci tidak boleh lebih dari tujuh hari dengan uji pendahuluan yang meliputi semua tahap pengujian yang tertera pada prosedur, kecuali penyuntikan, kelinci tidak boleh digunakan untuk uji pirogen lebih dari sekali dalam waktu 48 jam atau sebelum 2 minggu setelah digunakan untuk uji pirogen bila menunjukkan kenaikan suhu maksimal 0,6o atau lebih.
Prosedur. Lakukan pengujian dalam ruang terpisah yang khusus untuk uji pirogen dan denagn kondisi lingkungan yang sama dengan ruang pemeliharaan, bebas dari keributan yang menyebabkankegelisahan. Kelinci tidak diberi makan selama waktu pengujian. Minum dibolehkan pada tiap saat, tetapi dibatasi pada saat pengujian. Apabila pengujian menggunakan termistor, masukkan kelinci kedalam kotak penyekap sedemikian rupa sehingga kelinci tertahan dengan letak leher yang longgar sehingga dapat duduk dengan bebas. Tidak lebih dari 30 menit sebelum penyuntikan larutan uji, tentukan “suhu awal” masing-masing kelinci yang merupakan dasar untuk menentukan kenaikan suhu. Beda suhu tiap kelinci dalam satu kelompok tidak boleh lebih 1o dan suhu awal setiap kelinci tidak boleh lebih dari 39,8o
Kecuali dinyatakan lain pada masing-masing monografi, suntikkan 10 ml/kg bb, melalui vena tepi telinga 3 ekor kelinci dan penyuntikan dilakukan waktu 10 menit. Larutan uji berupa sediaan yang bila perlu yang dikonstitusi seperti yang tertera pada masing-masing monografi dan disuntikkan dengan dosis seperti yang tertera. Untuk uji pirogen alat atau perangkat injeksi, gunakan sebagai larutan uji hasil cucian atau bilsan dari permukaan alat yang berhubungan langsung dengan sediaan parenteral, tempat penyuntikan atau jaringan tubuh pasien. Semua larutan harus bebas dari kontaminasi. Hangatkan larutan pada suhu 37o + 2o sebelum penyuntikan. Rekam suhu berturut-turut antara jam ke-1 dan jam ke-3setelah penyuntikan dengan selang waktu.
Penafsiran hasil. Setiap penurunan suhu dengan nol. Sediaan memenuhi syarat apabila tak seekor kelinci pun menunjukkan kenaikan suhu 0,5o atau lebih. Jika ada kelinci yang menunjukkan kenaikan suhu 0,5o atau lebih. Lanjutkan pengujian dengan menggunakan lima ekor kelinci. Jika tidak lebih dari tiga ekor dari 8 ekor kelinci masing-masing menunjukkan kenaikan suhu 0,50 atau lebih dan jumlah kenaikan suhu maksimal 8 ekor kelinci tidak lebih dari 3,3o sediaan dinyatakan memenuhi syarat bebas pirogen.
9.Cara pemberian infus menurut RPS (1990) yaitu :
a.Terapi berkelanjutan
Infus i.v metode umum dari pemberian obat adalah untuk menambahkan obat secara langsung pada wadah injeksi. Obat menjadi encer dalam cairan infus dan diteteskan secara perlahan kedalam vena.
b.Terapi berselang
Dalam terapi berselang obat diberikan pada internal waktu. Tiga kemungkinan pemberian terapi intermitten disarankan: (1) menggunakan botol mini dengan alat pemberian yang telah tergantung, (2) injeksi dari larutan secara perlahan dengan jarum dan spoit secara langsung kedalam vena adalah tempat injeksi dari suatu alat pemberian volume besar yang telah tergantung, atau (3) penambahan obat untuk suatu volume pnedeterminan dari cairan pada suatu alat volume kontrol.
c.Metode piggyback
Metode piggyback menunjukkan tetesan berselang i.v dari larutan kedua, campuran obat melalui tempat penusukan vena dari sistem intravena yang telah dibuat sebelumnya. Dengan cara ini obat akan masuk pada vena mulai dari bagian atas cairan intravena yang pertama. Teknik piggyback tidak hanya mengurangi keperluan untuk penusukan vena yang lain, tapi juga menghasilkan pengenceran obat dan konsentrasi puncak dari darah dalam waktu yang relatif singkat biasanya 30-60 menit. Pengenceran obat membantu mengurangi iritasi serum yang tinggi sebelumnya merupakan pertimbangan penting dalam infeksi serius yang memerlukan terapi obat yang tepat. Keuntungan ini telah mempopulerkan metode piggyback dari terapi i.v terutama untuk penggunan berselang antibiotik.
10.Pewadahan menurut RPS 18th (1990),Lachman (1994) yaitu :
Wadah untuk cairan harus dirancang untuk mempertahankan sterilitas larutan, kejernihan (bebas dari bahan partikulat) dan tidak mengandung pirogen dari waktu penyiapan, penyimpanan dan selama pemberian klinik. Penutup wadah harus dirancang untuk memudahkan pemasukan (inversi) dari alat pemberian dimana injeksi diberikannya, pada kecepatan aliran yang diatur, kedalam vena yang cocok. Cairan i.v dalam wadah gelas dan plastik, yang dibuat dari bahan plastikyang fleksibel atau semikaku, cairan i.v tersedia dalam ukuran 100 ml, 500 ml dan 250 ml. Dalam penambahan 250 ml untuk kapasitas wadah yang dikemas dalam 50 ml atau 100 ml D5/W dari injeksi NaCl untuk penggunaan piggyback. Cairan i.v dalam wadah gelas dikemas tanpa udara, dimana harus dikeluarkan untuk digunakan untuk cairan yang meninggalkan wadah gelas i.v dan mengalir lewat alat pemberian, beberapa mekanisme diperlukan untuk membiarkan udara yang masuk kedalam wadah. Sistem plastik tidak perlu fleksibel dari pemasukan udara. Tekanan atmosfir akan menekan wadah dalam cairan untuk mengalir. Semua wadah gelas dan plastik dosis tunggal seharusnya dibuang setelah dibuka jika tidak digunakan. Cairan i.v dikemas dengan kira-kira 3% kelebihan isi untuk menghilangkan udara dan alat pemberian dan memperbolehkan volume dilabeli untuk dikeluarkan pada wadah. Wadah diakhiri dengan kelebihan 20 ml pada skala yang memungkinkan volume dalam wadah untuk ditentukan dari atas atau posisi yang diinversi. Wadah gelas mempunyai pembuka atau tali plastik untuk pemberian i.v sementara wadah plastik mempunyai pembuka eyelet atau tali plastik.
DAFTAR PUSTAKA
Marcel Dekker, New York. Gennaro,A.R, et all, (1990), “Remingtons Pharmaceutical Science”, 18th Edition, Marck Publishing Company, Pensylvania.
Howard, Ansel, (1989), “Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi”, UI Press, Jakarta.
Jenkins, Glen, dkk, (1957), “Scoville’s The Art of Compounding”, MC Growhill, Book Company, New York.
Lachman, Leon, 1994, “Teori dan Praktek Farmasi Industri”, UI Press, Jakarta.
Lucas, stefanus, 2006, “Formulasi Steril”, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Parrot, Eugene C, (1980), “Pharmaceutical Technology”, Collage of Pharmacy University of Iowa, Iowa City.
Komentar
Posting Komentar